De Klassieker adalah laga terbesar di Eredivisie Belanda yang mempertemukan Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam . Setiap kali ke...
De Klassieker adalah laga terbesar di Eredivisie Belanda yang mempertemukan Ajax Amsterdam danFeyenoord Rotterdam. Setiap kali kedua klub bertemu, bukan hanya dua kesebelasan yang beradu tanduk, bahkan para fan mereka pun ikut beradu sorak. Sayang, situasi ini semakin parah setelah Hooliganisme merasuk ke sepakbola Belanda pada akhir 70-an.
Pertemuan kedua klub tidak hanya terjadi di lapangan hijau. Hooligan kedua klub – khususnya Ajax dan Feyenoord – bahkan tak tanggung-tanggung menggunakan kekerasan untuk membela timnya. Vandalisme dan kekerasan pun identik dengan aktivitas hooligan yang melibatkan kedua klub Hooligan tersebut.
Adapun, sengit dan kejamnya persaingan kedua kubu – baik klub maupun hooligan – memuncak sekitar 18 tahun lalu, tepatnya 23 Maret 1997 di Beverwijk, dan memakan satu korban jiwa.
Pertandingan yang terjadi di lapangan hijau sebenarnya digelar pada 23 Februari 1997. Saat itu Ajax menjamu Feyenoord dan keluar sebagai pemenang dengan skor telak 3-0. Babangida, Patrick Kluivert, dan Jari Litmanen masing-masing mencetak gol dalam laga tersebut.
Di balik pertandingan dua klub sepakbola tersebut, ternyata kedua hooligan klub, yakni F-side (Ajax) dan S.C.F (Feyenoord) juga mengikat janji untuk bertemu dan melakukan adu otot. Mereka sepakat untuk bertemu dengan membawa 50 orang, tapi SCF berbuat curang dan membawa ratusan orang untuk menggempur F-side. F-side yang mengetahui hal tersebut lari tunggang langgang dan mengejek SCF yang berbuat curang.
Dua kubu hooligan pun akhirnya menyepakati tanggal baru untuk bertemu. Mereka telah memastikan bakal bertemu di Beverwijk di tanggal ini dan ratusan orang bersenjatakan tongkat baseball, pisau, bahkan palu, saling beradu tanpa ampun.
SCF yang membela Feyenoord keluar sebagai pemenang dalam pertarungan keji tersebut, tapi kerusakan yang mereka sebabkan menelan satu korban jiwa, Carlo Picornie. Hingga kini tidak diketahui siapa yang menewaskan Picornie, namun yang pasti, pria 35 tahun itu tewas karena pukulan palu. Video singkat mengenai meninggalnya Picornie bisa disimak di sini.
Berita duka ini sontak menyita perhatian pemerintah Belanda. Pihak yang berwajib langsung berusaha keras membasmi hooliganisme. Mereka tak segan-segan menggelontorkan dana besar untuk mengamankan kota-kota dari ancaman Hooligan. Di era Hooligan tersebut, polisi ada di mana-mana, tapi saat krisis ekonomi menerpa Belanda, Asosiasi Sepakbola Belanda dan pemerintah Belanda sempat sepakat untuk menghentikan Hooliganisme dengan melarang kehadiran fan tim tamu saat laga tandang.